Melankolis #1

Elegi Hemostatis 

By: Wira Nagara

 Terkadang, tangis tak selalu mengurai luka, ia juga mengisyaratkan bahagia dalam derai air mata
Seperti saat ini, kalau kau hadir di tengah-tengah sepi.
Menegaskan bahwa tak bisa melupakanmu bukan berarti aku tak bisa menemukan cinta yang baru.
Sebab rindu ini bagai pualam, aku harus membiasakan ia tergesek beragam rasa agar tetap berkilau tak seragam.
Agar hati tak berubah menjadi jeruji tanpa warna yang bergantian menghiasi.
Cinta, hadirmu ada, menyajikan suatu karunia..

Ya.

Aku jatuh cinta.
Kelip bintang dan terang bulan terasa biasa.
Entahlah, mungkin mereka kalah meriah oleh hatiku yang kian merekah..

Melangkah..

Keluar dari peparumu yang menghimpit sesak, menyapu debu-debu masa lalu yang hinggap di sudut riak.
Mendorongnya hingga kerongkongan, membereskan sisa janjimu yang masih menempel di perasaan.
Bermuara pada mulut, mengumpulkan pahit, mengeja secara urut, membuang semua rasa sakit.

CUH!
Ludah itu untukmu, dan semua masa laluku..

Berpindah..

Melawan arus rindu yang biasanya, mengalahkan keinginan untuk mencintaimu selamanya.
Menggedor beribu pintu, menawarkan cinta yang baru.
Bersiap untuk berjuta kenyamanan yang hadir saat dipersilahkan, berpeluk kembali pada setiap kecewa yang jatuh saat penolakan.
Tak masalah.
Bagiku itu lebih terpuji daripada hidup di hatimu lagi.
 Sebab kini, malamku bukan lagi tentang kamu..

Singgah..

Ke tiap hati dengan semangat yang membucah.
Mencari yang paling tepat, kadang terlalu jauh mencari hingga melupa hati yang paling dekat.
Menyusuri ruang penasaran terbaik, berpasrah akan kembalinya perasaan yang di bolakbalik. Berputar hebat merotasi waktu sebab telah datang pesona gugup menunggu akan  hadir sebuah temu.
Memberi kejutan yang menyenangkan, memberi pelukan yang menenangkan.
Mengakhiri dengan kecup, menegaskan masa lalu telah ku tutup..

Sampai..

Menetap dengan indah.
Pada satu hati.
Di satu cinta yang mendiami.
Setia pada pilihan, walau jauh dari kesempurnaan.
Sebab bahagia itu diciptakan, bukan ditemukan.
Bertanggung jawab secara adil pada setiap keping hatinya yang aku ambil.
Bertanggung jawab secara penuh agar hubungan tetap utuh.

Menjadi satu-satunya alasan cinta yang jatuh tanpa memaksa harapan lain harus runtuh.
Menjagamu, tetap utuh di pelukanku, hinggal terlepas oleh kehendak waktu..

Karena kamu kini adalah kamu,
bukan lagi tentang dia..

 

Komentar

Postingan Populer