Opinion #0
Kali ini gue bakal ngomongin sesuatu yang serius. Sesuatu
yang sangat dekat dengan otak remaja seperti gue. Sesuatu yang sangat “penting”
bagi orang tua. Tetapi, kebanyakan dari kita menyepelekannya. Pendidikan.
Kalau kita bicara soal pendidikan, pasti juga akan menyangkut
siswa, guru, dan sistem pembelajaran. Gue akan nulis opini gue tentang
pendidikan di Indonesia.
Mungkin banyak diantara bocah-bocah yang mau remaja, seperti
gue, mulai serius dalam belajar. Walau tidak semua. Belajar pun bukannya hanya
dari pembelajaran disekolah, ada juga beberapa yang belajar dari hidup mereka,
atau dari orang lain yang menurut mereka menginspirasi.
Gue bakal ngutip kata-kata dari salah satu orang yang jadi
inspirasi gue. Namanya Pandji Pragiwaksono. Buat yang belum tau dia salah satu
Komika favorit gue. Dalam salah satu acara, Pandji ini lagi ngomongin soal
pendidikan Indonesia. Lu baca baik-baik yang satu ini..
“Jahatnya pendidikan di
Indonesia adalah ketika setiap anak tidak bisa yakin kalau dia berbeda dengan
orang lain. Bahkan Ki Hajar Dewantara saja, pada taun jebot dulu, udah pernah
bilang. Bahwa padi tidak akan pernah bisa jadi jagung. Padi menjadi padi.
Jagung menjadi jagung”
Di Indonesia semuanya disamakan brooo.. Semua harus
distandarisasi. Dan itu masalah dalam UN. Setiap sekolah beda-beda, tiap anak
beda-beda, tapi kalau lulus harus “begini”. Kan gak fair.
Salah satu ciri dari sistem pembelajaran di Indonesia adalah
medote penghafalan. Gue yakin, banyak diantara lu semua yang gasuka menghafal.
Tapi banyak sekolah yang memaksakan muridnya untuk menghafal. Padahal menurut
gue, kita gaperlu hafal, yang penting kita paham dan tau cara menjelaskannya.
Itu aja. Tapi ya itu, Indonesia. Banyak siswa yang tidak berani berbeda. Bagi
beberapa guru, beda itu salah, salah itu nakal atau bodoh. Iya ga? Einsten
waktu SMP pernah bilang kegurunya “saya
tidak setuju dengan sistem pendidikan dengan menggunakan cara belajar
hafalan.Karena itu mematikan kreativitas dan mematikan semangat belajar.” Abis
itu keluar dia dari sekolah. Coba anak SMP ngomong gitu ke gurunya. Keluar juga
sih. Dikeluarin lebih tepatnya.
Gue pernah baca disalah satu artikel sistem pendidikan
terbaik di dunia. Bukan Harvard, ataupun Oxford. Finlandia adalah negara yang
memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Bahkan Amerika, Korea Selatan pun
merubah sistem pendidikan mereka supaya mirip dengan Finlandia.
Di Finlandia, engga ada pr sampe lu remaja. Siswa dibiarin
bermain. Kenapa? Supaya mereka bisa menumbuhkan kreativitas mereka sendiri. Di Finlandia
kemandirian dalam mengikuti proses belajar menajar itu tidak hanya dinikmati
oleh guru-gurunya yang begitu dihormati tetapi juga ditularkan kepada para
pelajar melalui berbagai kesempatan-kesempatan penting.
Salah
satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal
ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.
Sistem
inilah yang dipertahankan oleh Finlandia hingga akhirnya berhasil mengantarkan
negara ini berada pada posisi puncak sebagai negara yang paling berhasil mengelola
pendidikan nasionalnya.
Di sono, tidak ada guru yang mengejar target tententu, karena
di sono guru selalu menyesuaikan bahan ajarannya dengan dengan kebutuhan setiap
pelajar, dan biar tau minat dia dimana.
Finlandia percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita
cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lulus dari ujian. Siswa
diajarkan mengevaluasi diri sendiri, bahkan sejak pra-TK!
Para guru
sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika
kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa
malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar.
Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta
membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa
lainnya.
Setiap siswa
diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat
guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di
kelasnya.
Beberapa hal
yang mungkin bisa ditiru, dari sistem pendidikan yang ada di Finladia,
diantaranya :
1. Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia
mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga
anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan dengan beben
pembelajaran yang berat.)
2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai
menjelang usia mereka remaja.
3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun
pertama pendidikan mereka. ( Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai
stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal
terkadang anak sering tidak diajar )
4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang
diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. ( Bandingkan dengan sistem ujian
ujian di SMP dan SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan
tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat,)
5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua
kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di
indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru
dalam dunia pendidikan.
6. Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk
biaya pendidikan per siswa mengungguli Amerika Serikat.
7. 30 persen anak-anak menerima bantuan
tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.
8. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat
melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.
9. Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di
Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat..
10. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas,
dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.”
11. Finlandia memiliki jumlah guru sebanyak di
New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000
siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.
Sekali lagi yang menurut gue paling menjadi masalah bagi
pendidikan Indonesia adalah mereka tidak berani untuk mengungkapkan sesuatu
yang berbeda, yang menurut merea benar. Banyak guru yang menilai berbeda itu
salah, salah itu nakal atau bodoh.
Einsten pernah bilang “setiap anak
adalah jenius.Tapi kalau kamu nilai seekor ikan dari cara dia memanjat
pohon,ikan itu akan merasa bodoh seumur hidup”
Menurut Pandji, salah satu keberhasilan pendidikan Indonesia
adalah mencetak generasi yang patuh. Tidak masalah dengan patuh, iya kalau
gapatuh, chaos lah. Tapi kalau
terlalu patuh, dan kita tidak protes, jangan harap disitu bakal ada perubahan.
Dan orang-orang gaberani ngomong beda. Dan kita tumbuh menjadi orang-orang yang
menghindari konflik.
Gue gabakal buat lu yang baca ini menjadi prihatin dengan
bangsa ini. Tapi gue disini juga menawarkan perubahan.
Gue tau, gue masih bocah puber yang belum tau semua hal tentang negara ini.
Tapi gue tau, gimana cara ngerubah bangsa ini. Gue lebih baik daripada mereka
orang dewasa yang cuman bisa bacot doang. Tapi gaberbuat apa-apa. Mungkin gue
juga belum bisa berbuat apa-apa, tapi nanti.
Menurut gue, Indonesia harus meniru sistem pendidikan di
Finlandia. Mengapa? Karena mereka tidak hanya berhasil mendidikan anak-anak
“normal”, tapi juga unggul dalam pendidikan anak-anak yang lemah mental.
Bagaimana caranya? Dimulai dari taman kanak-kanak sama
sekolah dasar. Beri mereka kebebasan disekolah untuk melakukan apapun, tetapi
tetap dalam pengawasan guru, dan tanpa menghalangi kreativitas murid. Mungkin
ini terlihat konyol karna bagi kebanyakan orang, SD adalah tempat anak untuk
mengetahui dunia ini. Tetapi justru karna dengan diberi kebebasan, anak akan
tau lebih tentang dunia ini. Mereka tetap diberi pelajaran oleh guru. Dan
selebihnya digunakan untuk menumbuhkan kreativitas dan minat anak dimana.
Supaya dapat berguna dijenjang pendidikan berikutnya.
Menurut gue, sistem pembelajaran di SMP pun perlu dirubah.
Karena bila pembelajaran SMP tidak dirubah, itu sama saja akan menghentikan
kreativitas dan bakat anak-anak. Karna itu, usulan gue, buat SMP seperti
Kuliah. Ada beberapa jurusan. Sehingga para murid sudah mulai dibimbing dengan
minat mereka masing-masing. Tapi tetap pembelajran dalam taraf SMP.
SMA pun begitu. Soal ujian. Menurut gue harus dihapus. Tidak
perlu ada yang namanya Ujian Semester ataupun Ujian Nasional. Lalu bagaimana
cara menentukan kelulusannya? Serahkan pada guru bidang masing-masing apakah
pantas diluluskan atau tidak.
Gue masih punya 1 opini lagi. Tentang penilaian. Menurut gue
sistem penilaian yang seperti biasa harus dirubah. Menurut gue, guru harus
bicara tentang topik yang sedang dipelajari dalam membahas soal. Tentunya,
pasti ada siswa yang berbeda pendapat. Karna kebiasaan murid yang takut
memberikan perndapat berbeda, para guru harus membuat murid mereka berani dalam
mengemukakan pendapat mereka. Dan menghilangkan kata “kamu salah”. Menurut gue,
kelulusan dapat ditentukan dengan cara bagaimana padangan murid itu tentang
suatu topik. Guru juga harus mempertimbangkan, apakah dia patut diluluskan atau
tidak. Demi kemajuan bangsa. Karna guru adalah tonggak utama generasi muda
dalam mencapai kesuksesan.
Satu hal yang membuat gue nulis begini adalah gue selalu teringat kata-kata dari guru gue, “Bangsa ini sudah akut keaehannya. Jujur bapak prihatin melihat bangsa ini. Makanya bapak punya harapan besar pada kalian. Belajarlah yang rajin supaya kalian bisa merubah bangsa ini” dan “Jangan menjadi tamu di negara sendiri
Komentar
Posting Komentar