Change
Perubahan itu pasti
akan dialami semua manusia. Dari yang bodoh menjadi pinter. Dari yang malas
menjadi rajin. Dari yang jelek ke ganteng. Dari yang mandul jadi memandul
(loh?). Bahkan mungkin juga bisa saja sebaliknya.
Banyak orang yang
berubah karena adanya suatu dorongan
yang sifatnya menuntut atau merubah karakter seseorang. Dan biasanya, semua ini
terjadi pada para jomblo. Terutama pada bulan puasa. Mulai banyak bertebaran
kata-kata mantra yang menuntut para jomblo untuk mencari mangsa di bulan yang
suci itu. Seperti kata-kata “Dikit lagi mau puasa nih, lu mau ngucapin selamat
berbuka ke siapa? Iklan sirup?” “Dikit lagi puasa, kita kn udah gasuci
(nahluh?), gamau putusin aku nih? Biar suci lagi gitu. Kalau udah ga puasa
lagi, kita berhubungan lagi.”. Oke yang terakhir itu cuman booongan.
Gue termasuk orang yang
engga gampang berubah. Gue kalau udah
yakin sama sesuatu, bakal susah buat gue ninggalin sesuatu itu. Bukan Syahroni ya.. (lah? Itu guru olahraga gue).
Tapi kalau ditinjau
langsung dari kebiasaan gue, gue orang yang sangat mudah untuk berubah. Gue
akan kasih contoh 2 perubahan terbesar gue:
1. Makanan
Sudahlah.. Kalau masalah makanan mah gue gatahan..
Nafsu gue terlalu besar soal beginian.. Bukan begituan.
Bila menyangkut makanan, makan akan menyinggung pula
tentang pola makan gue. Dulu, zaman Paleolitikum, gue masih gapunya rumah.
Hidup gue nomaden. Gue makan aja masih harus ada usaha. Ngejar-ngejar hewan.
Udah kayak main polisi maling. Tetapi pada akhirnya, gue bisa dapet buruan gue.
Jangkrik. Yeahhhh!!!! *oke itu tadi
cerita singkat nenek moyang gue.
Waktu gue masih kecil, gue suka makan makanan apa
aja. Mungkin kalau dikasih kayu ditambahin sama kecap gue juga mau makan.
Makanya gue dulu gembul banget. Berat gue 50kg. Untung timbangannya rusak. Kalau
engga, lumayan tuh gue dijual dapet duit banyak (lah?).
Pola makan gue sangat terlihat berbeda apabila gue
sedang ada ujian. Sebelumnya, kalau gue beloman menghadapi ujian, gue makan
biasa. Tapi bila sedang menghadapi ujian, gue seperti binatang buas yang
melahap seisi rumah bila tidak ada makanan. Kenapa? Karenaa makanannya lari.
Padahal gue yang lebih sering mukul. Malah yang lari-lari menang. (ini kayak
Mayweder ada) *note: gatau tulisan.
Maklum, Newbie.
Gue pun sejak masuk SMP jadi lebih sering sarapan.
Padahal waktu sd gue sebelum berangkat engga sarapan juga gapapa. Tapi sekarang
kalau engga sarapan sebelum berangkat, dijamin, waktu belajar gue akan
mengalami masalah. Perut sakit, bibir pecah-pecah, radang, kanker paru-paru,
gangguan kehamilan dan janin *ini ngapa
jadi penyebab rokok?
2. Cinta
Semua orang pasti pernah ngalamin perubahan dalam cinta mereka. Baik itu
berubah dalam perasaan, perhatian, dan wujud dari cinta itu sendiri. Termasuk
gue. Gue tau, perubahan itu ga bakal bisa dicegah dalam cinta. Gue yakin,
perasan, perhatian, dan wujud dari cinta itu sendiri bergantung kepada orang yang
kita sayangi. Saat orang yang kita sayangi sedang cuek, bisa saja kita juga
menjadi cuek. Walau ada beberapa orang yang bisa menahan perasaannya itu. Saat
orang yang kita sayangi terasa seperti tidak menyayangi kita sendiri, kitapun
terkadang juga melakukan hal yang sama seperti orang yang kita sayang. Gue
bakal cerita suatu kisah tentang temen gue, yang ceritanya sanagt gue sukai,
dan untungnya, gue sendiri juga mengalaminya. PADA ZAMAN DAHULU.......... *gue yakin lu baca itu sambil ber-syair..
Beberapa waktu lalu, ada seorang laki-laki yang
semakin hari ssemakin tumbuh besar. Dia tumbuh dilingkungan yang sedehana
tetapi benar-benarbisa membuatny atumbuh menjadi laki-laki yang di impikan
keluarganya. Impiannya sederhana: Membahagiakan orang-orang yang ada
disekelilingnya. Terutama pada orang yang dia sayang.
Pada suatu waktu, ditempat dia sekolah, ada siswi
baru. Bisa dibilang dia murid pindahan dari daerah yang lumayan jauh dari pulau
Jawa. Saat laki-laki itu pertama kali melihat sang siswi baru, ada perasaan
berbeda dalam hatinya. Walau hanya melihat,laki-laki itu sangat terlihat
bahagia. Sangat bahagia. Laki-laki itu tertarik pada siswi baru itu. Walau
sangat ingin berkenalan dengan si siswi baru itu, ia tak tau harus berbuat apa.
Ia hanya tak bisa melihat dari belakang “calon” pujaan hati. Ia hanya bisa
melihat dari belakang sang “calon” pujaan hati. Sampai suatu ketika, akhirnya
si laki-laki itu bisa mengobrol dengan siswi baru itu, walau hanya melalui
media sosial. Memang, waktu itu si laki-laki belum berani menyatakan
perasaannya, tapi ia sudah memberikan segenapp perhatian yang ia miliki kepada
sang perempuan. Mereka terlihat sangat bahagia. Akhirnya, si laki-laki
menyatakan perasaannya, kalau dia cinta pada si perempuan. Dan perempuan itu
menjawab, :aku juga cinta sama kamu”. Hubungan itu, walau tak berlanjut sampai
ke pacaran, mereka benar-benar terlihat berpacara. Terutama si laki-laki yang
sudah terlalu cinta, sudah tak bisa melepaskan sang pujaan hati.
Waktu berlalu, seperti kebanyakan hubungan yang
lain, hubungan mereka pun ada pasang surutnya. Dan, setiap kali saat hubungan
mereka sedang surut, sang perempuan sangat berbeda. Dia menunjukan sifat yang
benar-benar acuh. Sampai ia manyatakan kalau ia tidak cinta lagi pada si
laki-laki. Anehnya, si laki-laki tetap saja mencintai si perempuan dan
memperjuangkannya walau si perempuan menyatakan kalau ia sudah tidak cinta
lagi. Semua itu terus berlanjur selma 2 tahun. Ketidak jelasan cinta perempuan
yang pasang surut, membuat si laki-laki muak. Ia mulai menanyakan kejelasan
perasaan pada si perempuan kepadanya. “Kalau memang tidak mencintaiku, kenapa
kamu tetap bilang kalau kamu cinta? Aku sudah sabar menghadapi ketidak jelasan
kamu. Pada akhirnya malah kamu pada akhirnya minta ‘udahan. Gausah perhatian
lagi sama aku.’, kenapa engga dari dulu? Inget, egga ada yang namanya
kesempatan kedua. Aku harap, kamu dapet pelajaran dari hubungan ini.”. Tegas si
laki-laki. Semua berakhir begitu saja. Semdah membalik telapak tangan.
Harpannya hanya satu: semoga perempuan tiu bisa mengambil pelajaran dari
hubungan ini dan tidak mengulanginya di hubungan ia selanjutnya. Agar ia tidak
menyakiti orang-orang yang telah mencintainya dengan tulus.
Badai telah berlalu, tapi gemuruh dii hati laki-laki
masih suka menghampiri. Ia merasa di khianati. Yang bisa ia lakukan adalah lari
dari gemuruh itu dan mencari tempat berteduh yang baru. Sampai saat ia pertama
kali menduduki bangku sekolah menengah. Memang banyak yang membuatnya tertarik,
tapi ia belum yakin dengan perasannya, Ia tidak ingin seperti “bekas” perempuan
yang pernah mencintainya. Buka. Yang mengkhianatinya. Ia ignin meyakinkan
perasaan baru ia akan mendekati perempuan yang membuatnya tertarik. Selama ia
memikirkan tentang perasannya itu, dia pernah sesekali mengontak teman lamanya
yang sudah benar-benar lost contack dengan si laki-laki. Sampai ada 1 perempuan
yang menurut si laki-laki, membuatnya ia nyaman saat curhat dengannya. Mereka
saling cerita apa saja yang mereka alami selama mereka sudah tidak bertemu
lagi. Mereka bahkan bercerita tantang pengalaman cinta mereka, tertawa,
mengejek, dan saling mendukung satu sama lain. Bahkan mereka berdua sampai
slaing berpanggilan “aku-kamu” walau tidak ada hubungan apa-apa. Sang laki-laki
merasa “ini sesuatu yang udah lama engga gue rasain”. Semakin hari, si
laki-laki semakin sering bercerita apa saja yang ia alami hari tiu juga.
Sampai-sampai, si laki-laki merasa slalu tenang saat bercerita dengan si
perempuan itu. Dan timbul pertanyaan, “Apa gue suka sama dia? Suka? Jelas.
Tetarik? Banget. Cinta? Mungkin.” Perasaan ini sudah lama sekali tidak
dirasakan si laki-laki. Dan ia menyimpulkan, “Gue cinta sama dia. Gue harus
nyatain perasaan gue.”.
Walau mereka berbeda sekolah, dan sudah lama tidak
bertemu, si laki-laki tetapi yakin atas perasaannya. Ia akan tetap menyatakan
perasaannya. Walau lagi-lagi, tidak secara langsung. Tetapi cintanya
sungguh-sungguh. “Aku udah lama engga ngerasain perasaan kayak gini lagi. Tapi
aku yakin dengan perasaan aku. Aku cinta sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku?”.
Dan perempuan itu menjawab “Aku juga cinta sama kamu. Ya. Aku mau jadi pacar
kamu.” Malam itu, 31 Januari 2014, sang laki-laki memenangkan hati sang pujaan.
Sudah banyak yang mereka lalui bersama. Seneng,
berantem. Bahkan mereka berantem hampir setiap bulan. Tidak mungkin setiap
bulan mereka tidak berantem. Tetapi yang berbeda, walau mereka berantem, mereka
tetapi saling memperjuangkan masing-masing cinta mereka. Mereka saling
meyakinkan, kalau ereka benar-benar bisa lalui itu. Karna kunci sukses suatu
hubungan adalah saling peracata, bukan?
Dan sampai saat ini, hubungan mereka tetap terus
belanjut. Walau pasang surut hubungan menghadang, mereka tetapi saling
mencintai. Mereka. 2 insan yang dipertemukan dengan cara yang terduga. Saat
kedua tangan mereka saling berpegangan, mereka telah menyentuh hati keabadian. Gue
yakin akan hal itu.
Now, you see the different?
Komentar
Posting Komentar